Upacara Peringatan HUT ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia di Pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran 7 Kota Batu
Tepat pada pukul 07.00 WIB hari Selasa tanggal 17 Agustus 2021, para santri Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran 7 Kota Batu beserta para Dewan Guru dan Staf telah siap berbaris rapi di lapangan untuk mengikuti jalannya Upacara Bendera peringatan Hari Ulang Tahun ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Berdiri sebagai pemimpin upacara adalah ustadz Hadi Suyono, S.Pd. yang ditunjuk memimpin jalannya upacara dari awal hingga akhir. Kemudian sebagai pembina upacara yaitu ustadz Amrozi, S.Pd. (mudir/pimpinan pondok Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran 7 Kota Batu).
Beliau (ustadz Amrozi) dalam pidatonya memberikan contoh-contoh nama pahlawan nasional yang berperang melawan penjajah. Kemudian dilanjutkan mengenai esensi dari kemerdekaan yang sesungguhnya.
Berikut ini adalah transkrip pidato yang berhasil penulis susun dari apa yang beliau sampaikan saat memberikan amanat pembina upacara:
Bahwa sejarah telah mencatat, yang mereka perjuangkan tidaklah hanya melepaskan diri dari penjajah namun lebih mengarah bagaimanakah upaya bangsa Indonesia bebas dari penjajahan agar dapat melaksanakan syari’at Islam dengan baik dan dengan leluasa. Jadi yang mereka perjuangkan adalah Islam, tidak hanya negara. Maka dari itu penting bagi kita untuk melihat nilai-nilai sejarah tidak hanya sejarah nasional, namun sejarah Islam itu sendiri.
Anak-anakku sekalian ketahuilah, bahwasannya merdeka dari penjajahan memiliki makna.. Kemerdekaan yang sejati adalah ketika seseorang itu tidak terganggu untuk melaksanakan aktifitas, yang terkait hakikat dalam dirinya yaitu sebagai hamba-hamba-Nya Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56)
Maka kita diperintahkan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala saja, dan kemudian ada yang menjajah kita, memalingkan kita dari beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka penjajah sejatinya adalah mereka-mereka yang mengalihkan perhatian kita, mengalihkan amalan kita dari beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Oleh karena itu seseorang yang merdeka adalah orang yang bebas dalam melaksanakan aktifitas syari’at-syari’at agamanya Allah subhanahu wa ta’ala yang tujuannya hanya lillah (hanya karena Allah subhanahu wa ta’ala, bukan tujuan yang lain). Untuk itu kemerdekaan yang harus kita miliki sebagai hamba-Nya Allah untuk beribadah, tidak boleh dijajah.
Bagaimana Belanda menjajah negeri kita tercinta selama 3,5 abad. Bagaimana pula Jepang menjajah negeri kita ini selama 3,5 tahun. Semuanya dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala sehingga bisa diusir oleh para pahlawan.
Penjajah selain menjajah secara fisik, menjarah harta kekayaan, mereka pun juga menjajah budaya. Kita harus waspada terhadap budaya-budaya selain Islam. Meskipun mereka secara fisik tidak menjajah di negeri ini lagi, apakah sudah terbebas dari budaya-budaya mereka yang ditinggalkan di negeri ini?
Bahwasannya penjajah lain selain manusia, iblis, dan syaithon adalah penjajah berikutnya yaitu dunia. Kita berada di dunia, karena kita hari demi hari melakukan aktifitas di dunia ini. Bisakah kita menempatkan dunia ini pada tempatnya. Oleh karena itu, maka kita janganlah terpengaruh dengan hubbud dunya (cinta dunia) dan penyakit wahn jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Mari kita memahami makna kemerdekaan secara luas, utamanya kemerdekaan hakiki, kita harus terbebas dari pengaruh penjajah-penjajah yang ada tadi, pengaruh dari iblis, pengaruh dari manusia yang mengajak kepada kerusakan dan pengaruh dunia ini.
Kita berada di pesantren/ma’had ini terus berusaha untuk bisa menguatkan diri kita, mengalahkan penjajah-penjajah tersebut. Kita ingin menjadi seorang yang diharapkan sebagai jati diri yaitu sebagai hamba-Nya Allah. Maka hamba Allah ini adalah kedudukan yang paling mulia.
Kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar semoga bisa menjadi orang-orang yang bisa bersyukur kepada Allah ta’ala atas kemerdekaan ini yang diawali oleh para pejuang di tahun ’45 dengan proklamasi serta kita bisa meneruskan kegiatan-kegiatan bermanfaat baik untuk diri kita, untuk masyarakat kita, dan untuk negara kita tercinta ini. Aamiin Allaahummaa aamiin.
Demikianlah isi pidato beliau, semoga bermanfaat dan Allah berkahi. (.tha)